Komunikasi Antar Pribadi dan Problematikanya

| |

Komunikasi Antar Pribadi dan Problematikanya

Kita berkomunikasi setiap hari. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi, itulah salah satu aksioma dalam ilmu komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhannya, dengan cara apapun, verbal maupun nonverbal. Tak jarang, kita akan menemui berbagai hambatan dalam berkommunikasi dan berinteraksi antarindividu. Terutama terhadap kerabat terdekat maupun teman seperjuangan. Dalam tulisan ini saya akan lebih berfokus pada pembahasan hambatan komunikasi yang terdapat dalam hubungan antarindividu berbeda budaya yang berada dalam lingkup pertemanan.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Tak bisa kita pungkiri, kita akan selalu mengalami gesekan-gesekan kecil maupun kompleks dalam hubungan kita dengan teman-teman, terutama teman yang hampir setiap hari bersama kita. Resiko itu muncul sebagian besar karena adanya perbedaan kebudayaan yang melekat pada masing-masing individu. Perbedaan kebudayaan tersebut adalah hambatan yang seringkali menimbulkan konflik. Namun, kita bisa meminimalisir konflik-konflik yang bisa saja terjadi dengan meminimalisir hambatan-hambatan yang ada. Tetapi kita tidak bisa sama sekali menghilangkan hambatan karena itu akan selalu ada dalam setiap kejadian komunikasi, terutama yang berhubungan dengan komunikasi antarbudaya.

Pertama, kita harus mengetahui telebih dulu mengetahui alasan mengapa kita berkomunikasi. Komunikasi berfungsi setidaknya untuk mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangaun konsep-diri kita, aktualisasi-dir, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat,” karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang kita masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia, dan memperlakukan manusia lain secara beradab, kerena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialiisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal, dari suatu generasi ke generasi beriikutnya. Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok. Budaya ini bahkan mempengaruhi kita setelah kita mati.
Sebagian kesulitan komunikasi berasal dari fakta bahwa sebagian kelompok-kelompok budaya atau subkultur-subkultur dalam suatu budaya mempunyai perangkat norma berlainan. Oleh karena fakta atau rangsangan komunikasi yang sama munkin dipersepsi secara berbeda oleh kelompok-kelompok berbeda kultur atau subkultur, kesalahpahaman hampir tidak dapat dihindari. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa berbeda itu buruk. Kematangan dalam budaya ditandai dengan toleransi atau perbedaan. Mengutuk orang lain karena mereka berbeda adalah tanda kebebalan dan kecongakan.

Setelah kita mengetahui mengetahui mengapa kita harus berkomunikasi, kita dapat melihat bahwa dalam dalam setiap komunikasi pasti ada hambatannya. Hal itu disebabkan karena setiap individu yang berkomunikasi itu dilatarbelakangi oleh budaya yang berbeda. Dalam hubungan pertemanan juga begitu. Ketika kita sedang mengobrol contonhnya, tentu konteks yang dibicarakan dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Saat beberapa teman yang berlatar belakang budaya tionghoa berbicara bahasa campuran antara bahasa Cina dan bahasa Indonesia, tentu teman yang berlatar belakang budaya jawa murni akan tidak mengerti, atau bahkan munkin bisa tersinggung karena merasa bahwa temannya yang beretnis tionghoa itu membicarakan sesuatu tentang dirinya.

Contoh lain adalah ketika sebuah kelompok yang anggota-anggotanya terdiri dari campuran antara etnis pribumi dan etnis keturunan tionghoa melihat kelompok lain yang anggota-anggotanya hanya berasal dari etnis keturunan tionghoa tentunya akan mempresepsikan bahwa kelompok tersebut memiliki sifat etnosentris yang kuat dan tidak ingin berbaur dengan orang lain yang berbeda budaya. Mereka mungkin memang merasa tidak nyaman bila bergaul dengan pribumi, atau mungkin juga kebetulan pribumi lah yang menjauhi mereka karena rasisme padahal orang tionghoa tidak selalu seperti yang mereka stereotipekan.
Hambatan-hambatan yang ada dalam contoh-contoh diatas terjadi karena perbedaan persepsi yang dimiliki oleh masing-masing kultur atau subkultur yang melekat pada masing-masing anggota kelompok. Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi tersebut adalah sebagai berikut.

Kesalahan Atribusi
Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain,kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik mereka. Faktor seperti usia, gaya pakaian dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Kita bisa menduga-duga sifat seorang pria setengah baya yang berambut gondrong dan sebelah telinganya beranting, seorang wanita yang genmar menggunakan rok mini, atau seorang eksekutif yang sering mengenakan jas dan dasi. Namun dugaan kita tak selalu benar mengenai sifat-sifat mereka.
Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara. Andaikan seseorang menguap, misalnya, apakah ia bosan, ngentuk, capek, cuek, atau khawatir. Ketika seseorang tersenyum, apakah ia ramah, menggoda, menyindir, atau sinis. Perbedaan budaya semakin mempersulit kita untuk menaksir maksud seseorang.

Efek Halo
Kesalahan persepsi yang disebut halo effects merujuk pada fakta bahwa begituu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Gagasan-gagasan yang dianggap biasa bahkan usang bila dikemukakan oleh orang awam boleh jadi akan dianggap brilian atau kreatif bila hal itu dikemukakan oleh tokoh nasional, sehingga cepat diliput oleh pers. Tindakan yang mungkin dianggap beresiko atau dungu bila dilakukan orang biasa boleh jadi akan dianggap berani jika hal itu dilakukan oleh selebritis.
Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat pada diri kita dalam menilai orang lain. Bila kita terkesan oleh seseorang, karena keppemimpinan atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, seolah-olah ia pun baik dalam hal lain.

Stereotipe
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
• Orang Cina selalu berorientasi pada uang
• Orang Padang itu pelit
• Orang Jawa plin-plan dan berbelitt-belit
• Orang Batak orangnya to the point
• Orang Manado sikapnya kasar

Menurut Baron dan Paulus ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya stereotip. Pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai homogen. Kedua, stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita. Stereotip dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.

Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Prasangka adalah sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu kelompok. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagi. Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi, prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Richard W. Brislin mendefinisikan prasangka sebagai sikap tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang. Seperti juga stereotip, meskipun dapat positif atau negatif, prasangka umumnya bersifat negatif. Prasangka ini bermacam-macam, yang populer adalah prasangka rasial, prasangka kesukuan, prasangka gender, dan prasangka agama. Prasangka mungkin dirasakan atau dinyatakan. Prasangka mungkin diarahkan pada suatu kelompok secara keseluruhan, atau seseorang karena ia anggota kelompok tersebut. Prasangka membatasi orang-orang pada peran-peran stereotipik. Misalnya pada prasangka rasial-rasisme semata-mata didasarkan pada ras dan pada prasangka gender-seksisme pada gendernya.
Brislin menyatakan bahwa prasangka itu mencakup hal-hal berikut : memandang kelompok lain lebih rendah, sifat memusuhi kelompok lain, bersikap ramah pada kelompok lain pada saat tertentu, namun menjaga jarak pada saat lain; berperilaku yang dibenci kelompok lain seperti terlambat padahal mereka menghargai ketepatan waktu. Ini berarti bahwa hingga derajat tertentu kita sebenarnya berprasangka terhadap suatu kelompok. Jadi kita tidak dapat tidak berprasangka. Wujud prasangka yang nyata dan ekstrem adalah diskriminasi, yakni pembatasan atas peluang atau akses sekelompok orang terhadap sumber daya semata-mata karena keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut seperti ras, suku, gender, pekerjaan dan sebagainya. Contohnya diskriminasi terhadap orang negro yang ada di amerika.
Prasangka dapat menghambat komunikasi. Oleh karena itu, orang-orang yang punya sedikit prasangka pun terhadap suatu kelompok yang berbeda tetap saja lebih suka berkomunikasi dengan orang-orang yang mirip dengan mereka karena interaksi demikian lebih meyenagkan daripada interaksi dengan orang tak dikenal. Ada beberapa contoh prasangka misalnya. orang Jepang kaku dan pekerja keras, orang Cina mata duitan, politikus itu penipu, wanita sebagai objek seks, dll. Prasangka mungkin tidak didukung dengan data yang memadai dan akurat sehingga komunikasi yang terjalin bisa macet karena berlandaskan persepsi yang keliru, yang pada gilirannya membuat orang lain juga salah mempersepsi kita. Cara yang terbaik untuk mengurangi prasangka adalah dengan meningkatkan kontak dengan mereka dan mengenal mereka lebih baik, meskipun kadang cara ini tidak berhasil dalam semua situasi.

Gegar Budaya
Menurut Kalvero Oberg Culture shock ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru.
Meskipun gegar budaya sering dikaitkan dengan fenomena memasuki suatu budaya (yang identik dengan negara) asing, lingkungan baru yang dimaksud disini sebenarnya juga bisa merujuk pada agama baru, lingkungan kkerja baru, atau keluarga besar baru yang dimasuki lewat perkawinan (mertua, ipar, dan sebagainya).
Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknnya adalah fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya terbagi dua: faktor internal (ciri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan) dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau lingkuungan baru yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung sejak kita memasuki budaya lain. Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa gegar budaya sebenarnya merupakan titik pangkal untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan budaya kita, sehingga kita dapat menjadi orang-orang yang luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya kita sendiri.
Indonesia terdiri dari beragam budaya yang berbeda dengan bermacam-macam latar belakang, kepercayaan, sejarah, sifat, ras, kebiasaan, adat, dll. Karena memiliki berbagai macam budaya yang berbeda maka dari itulah kita sebagai kaum yang intelek harus mampu, mengerti, dan menciptakan komunikasi antar budaya yang efektif. Bagaimana caranya? Bisa langsung dipraktekkan dengan, misalnya : membiasakan berkomunikasi dengan orang yang latar belakang budayanya yang berbeda, membina hubungan yang khusus / dekat dengan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, contoh : have a close friendship with a culturally different person. Mendengarkan dengan baik dan mencoba mengerti mengenai pembicaraan antara 2 orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Di dalam Intercultural Communication terdapat sebuah model yang mengatakan bahwa pesan yang anda kirim dan pesan yang anda terima akan dipengaruhi dengan kepercayaan, nilai-nilai, sikap budaya yang bersangkutan. Selain itu walaupun mempunyai budaya yang berbeda dari 2 individu tersebut pasti akan selalu ada persamaan antar keduanya.
Tidak ada persiapan yang lebih baik untuk mengerti budaya lain selain kita mempunyai niat untuk belajar dan mencari tahu budaya yang lainnya. Misalnya, jika ingin menjalin hubungan yang dekat dengan etnis Cina sebelumnya kita harus tahu latar belakang, kebiasaan, sikap dan perilaku, kepercayaan mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berlanjut ke tingkat kekerasan. Contoh yang lainnya, budaya Jawa dengan Batak, jika orang Jawa berkomunikasi itu biasanya basa-basi terlebih dahulu tidak langsung pada intinya dan berkata secara perlahan dengan suara yang pelan. Berbanding terbalik dengan orang Batak jika berkomunikasi menggunakan suara yang lantang, jika orang tidak tahu latar belakang budaya Batak pasti mengira sedang marah. Padahal orang yang berasal dari Medan itu memiliki kecenderungan berbicara dengan lantang.
Untuk berkomunikasi dengan latar belakang budaya yang lainnya anda musti tahu dan mengerti bahwa adanya perbedaan dari Anda dengan orang yang berasal dari budaya lain. Kesalahpahaman ini tidak hanya terjadi di sektor regional saja melainkan juga terjadi di internasional. Skala Internasional jauh lebih berbeda dengan budaya kita (Asia). Terdapat Eropa, Afrika, Amerika, Australia, dan Asia sendiri. Seperti contohnya kasus Culture Shock atau Gegar Budaya. Culture Shock atau Gegar Budaya adalah dimana reaksi / kondisi psikologis yang sedang anda alami ketika anda berada di suatu daerah yang memiliki perbedaan budaya dari tempat asli Anda sendiri. Kasus ini bisa kita temui ketika orang memasuki budaya yang baru dan berbeda dari tempat asalnya. Misalnya, terdapat mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi S2 nya di Amerika yang konon memiliki budaya yang terbalik dengan budaya Asia (Indonesia). Kita tahu bahwa kehidupan di Amerika itu sangatlah bebas seperti hubungan seks diluar nikah, kumpul kebo, bermesraan di depan umum, dll. Dimana sikap dan kebiasaan tersebut di Indonesia masih sangat tabu dan aneh walaupun ada beberapa orang yang menganut kebiasaan ini. Untuk menindaklanjuti kasus Culture Shock ini terdapat beberapa tahap yang dialami, yaitu
1. The Honeymoon : didalam tahap ini Anda mengalami / menghadapi pengalaman tinggal dalam budaya dan orang-orang yang berbeda.
2. The Crisis : disini Anda mulai mengetahui perbedaan budaya antara budaya Anda sendiri dengan budaya yang ada tempati sekarang. Merasakan frustasi / stress, dan shock menghadapi perbedaan budaya yang terjadi.
3. The Recovery : dalam periode ini Anda mengalami masa pemulihan. Anda sudah mulai bisa perbedaan budaya yang sedang Anda alami sekarang. Anda mulai belajar bahasa dan kebiasaan yang berlaku di tempat tersebut.
4. The Adjustment : ini merupakan tahap yang terakhir. Dalam posisi ini Anda sudah bisa memposisikan diri dan menikmati budaya yang berlaku dari tempat tersebut.

Perbedaan juga terjadi dalam makna. Berbeda budaya terdapat makna yang berbeda juga. Ada sebuah pepatah “Meaning exists not in the words but in people” yang artinya sebuah makna itu bukan pada kata-katanya melainkan dari orang tersebut. Sebagai contohnya perempuan Amerika dan Muslim memiliki perbedaan makna yang amat sangat signifikan. Verbal maupun non Verbal. Contohnya yang lain bisa kita lihat dalam siituasi sebagai berikut :

Terdapat perempuan Amerika yang sedang makan menggunakan tangan kirinya (kidal), jika dilihat oleh perempuan Muslim itu akan dianggap kasar.

Di dalam Intercultural Communication belajar mengenai pesan dan signal dari orang lain, bagaimana mereka menggunakannya, dan apa yang mereka maksud. Selain itu Anda juga harus memberitahu / menceritakan sistem signal kita kepada orang lain agar orang yang bersangkutan lebih mengerti tentang kita. Selain itu juga terdapat Communication Accomodation Theory yang isinya sender akan mengakomodasikan gaya berbicara dari receiver untuk memeroleh komunikasi yang efisien.
Walapun terdapat perbedaan budaya kita juga harus mengurangi sikap Etnosentris. Etnosentris yaitu menganggap bahwa nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap dari budaya kita sendiri lebih baik, positif, dan logis dari budaya lain / menanggap budaya kita lebih unggul.

Mengoptimalkan Komunikasi Antarbudaya

Memahami peran budaya dalam komunikasi adalah hal yang paling mendasar untuk memahami komunikasi antarbudaya. Kata komunikasi antarbudaya merujuk pada komunikasi antara beberapa ornag yang memiliki perbedaan budaya yang dimiliki. Setiap pesan berasal dari konteks budaya yang spesifik dan unik yang memengaruhi isi dan bentuk pesan tersebut.
Berikut adalah cara-cara bagaimana keta dapat mengoptimalkan komunikasi antarbudaya yang akan selalu terjadi karena kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan terus berkomunikasi dengan orang yang beragam dari budaya yang beragam pula.

1. Tambah Pengetahuan Anda
Tidak ada persiapan yang lebih baik untuk komunikasi antarbudaya selain mempelajari budaya lain. Ada beberapa cara yang mudah untuk dilakuakan. Melihat dokumen atau film yang merepresentasikan realitas dari sebuah budaya, jelajahi majalah atau website tentang kebudayaan, mengobrol dan bahkan chatting dengan orang-orang dari berbagai negara. Bagian ini dapat membantu anda untuk menghadapi rasa takut sehingga dapat berinteraksi dengan cara yang efektif dalam komunikasi antarbudaya. Lalu, anda akan mampu memilih informasi yang tepat untuk berkomunikasi.

2. Mengurangi Ketidakjelasan
Semua interaksi dalam komunikasi mengandung ketidakjelasan dan ambiguitas. Dalam situasi ketidakjelasan yang sangat besar membutuhkan teknik komunikasi yang efektif.

Contohnya, mendengarkan secara aktif, memeriksa persepsi, lebih spesifik, dan melihat feedback.

3. Menerima Perbedaan
Untuk berkomunikasi secara antarbudaya anda harus menerima akan adanya perbedaan antara diri anda dengan orang lain dari budaya yang lain.

4. Lawan Stereotype Anda
Stereotypes, khususnya ketika berada dibawah kesadaran, dapat membuat masalah komunikasi yang serius. Stereotyping dapat juga membuat anda mengacuhkan keunikan karakteristik dari setiap individu.

5. Atur Komunikasi Anda
Komunikasi antarbudaya hanya mengambil tempat pada tingkat disaat seseorang dapat mengerti kata-kata dan nonverbal dari orang lain. Karena tidak ada dua orang yang berbagi sistem simbol yang benar-benar sama maknanya, pengaturan akan membuat seluruh interaksi antarpribadi masuk ke dalam interaksi antarbudaya.

6. Kurangi Etnosentrisme yang Anda Miliki
Etnosentrisme adalah kecenderungan bagi evaluasi sebuah nilai, keyakinan, dan perlilaku dari budaya yang anda miliki menjadi lebih positif, logis, dan alami dibanding yang dimiliiki oleh budaya lain. Hal itu juga menjelaskan bahwa bentik dari patriotisme dan keinginan untuk mengorbankan keuntungan dari sebuah kelompok.

Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Penyebabnya:

• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
• Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan

perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
• Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian

kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
• Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh

sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda

• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
• Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial
Jenis Konflik
• Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
• konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
• konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
• konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
• konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
• konflik antar atau tidak antar agama
• konflik antar politik.
Akibat Konflik
• Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
• meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
• keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
• perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
• kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
• dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.
Sesuai kodratnya “ Homo Socius, homo luden, homo economicus dan homo sapien “, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan interaksi untuk memenuhi kebutuhannya.
Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial yang memiliki konsekuensi dimana manusia membutuhkan interaksi antara sesamanya. Interaksi dapat terwujud bila terjadi komunikasi.

Tujuan Komunikasi:
• Komunikasi bertujuan untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan
• Pengembangan kepribadian
• Eksistensi & aktualisasi diri
• Mengenal diri sendiri dan orang lain

Keuntungan Komunikasi:
• Keefektifan dalam kehidupan pribadi, sosial & profesional.
• Ketrampilan interpersonal sangat penting utk kesuksesan profesi dan hubungan
• Mencegah kekerasan ditempat kerja
• Mengurangi kecelakaan kecil berkaitan dengan medis& memperbaiki komunikasi dokter & pasien
• Berbagai macam pesan secara aktual, melayani tujuan yang penting mengenai saluran komunikasi dan membiarkan satu sama lain untuk mengetahui aturan – aturan normal tentang komunikasi yang akan dilakukan dalam percakapan
• Setiap situasi interpersonal adalah unik dan karena itu bentuk komunikasi yang tepat pada satu situasi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain.
• Apakah anda percaya bahwa bentuk komunikasi atau nonverbal tergantung pada konteks komunikasi secara keseluruhan, tetapi penelitian secara umum menemukan bahwa orang – orang lebih percaya pada pesan – pesan non verbal.


Elemen Komunikasi:
• Source-Receiver
• Encoding-Decoding
• Messages
• Feedback Messages
• Source Receiver

1. Masing – masing orang memformulasikan dan mengirin pesan – pesan (source function) dan juga menerima dan memahami pesan- pesan (receiver functions).
2. Source-receiver sebagai satu kesatuan yg tdk terpisahkan
3. Siapa anda, apa yang anda percaya, apa yang anda nilai, apa yang anda inginkan, apa yang telah anda ceritakan dan apa sikap – sikap anda semua mempengaruhi apa yang anda katakan, bagaimana anda mengatakannya , apa pesan – pesan yg anda terima dan bagaimana anda menerima mereka.
4. Masing –masing orang adalah unik; komunikasi masing – masing orang juga unik.

• Encoding-Decoding
- Encoding mengacu kepada tindakan menghasilkan pesan – pesan —— sebagai contoh, berbicara – menulis.
- Decoding mengacu pada tindakan memahami pesan —- sebagai contoh, mendengar dan membaca.

• Message
- Signal – signal yang memberikan stimuli atau rangsangan bagi seorang penerima – seperti yang berhubungan dengan pendengaran ( mendengar), visual ( melihat), tactile (sentuhan), penciuman (mencium) , gustatory ( rasa), atau kombinasi.
- Anda berkomunikasi secara antar pribadi melalui gesture dan sentuhan,dengan kata – kata dan kalimat.

• Feedback
- Melalui proses komunikasi antar pribadi, anda mempertukarkan umpan balik – pesan – pesan dikirim balik ke pembicara mengenai reaksi pada apa yang dikatakan ( Clement & Frandsen, 1976 ).
- Umpan balik memberitahukan pembicara apa akibatnya, apa yang dimiliki oleh pendengar.
- Dasar dari umpan balik, pembicara akan membetulkan, merubah, memperkuat, menekankan kembali , atau merubah isi atau bentuk pesan.

Pola komunikasi antar pribadi dan budayanya

Dalam membina sebuah hubungan antar pribadi, tentulah tidak dengan mudah segera terlaksana. Kita tidak bisa langsung menjadi seorang kekasih, padahal kita baru saja bertemu. Tentu ada tahap- tahap perkenalan, pembicaraan lebih lanjut, baru akhirnya memutuskan untuk bersama. Begitu juga dengan tahap- tahap hubungan interpersonal dalam Univeristas Multimedia Nusantara.
Deskripsi umum tentang pengembangan hubungan, dalam tahap yang bersifat standar :

a. Kontak
Dalam masa kontak ini kita lebih banyak menggunakan alat indra kita. Seperti melihat bagaimana orang tersebut. Pakaian apa yang dia gunakan saat ini. Mendengar apa kata- katanya. Misalnya dengan mengucapkan namanya. Membaui orang tersebut. Dalam interaksi awal inilah, seseorang memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau tidak.
Karena pada tahap ini kebanyakan menggunakan alat indra, maka penampilan fisik seseorang sangatlah mendukung keberhasilan tahap pertama ini. Tapi kualitas lainnya seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dinamisme juga bisa terungkap. Jika kita menyukai orang tersebut, maka tahapan ini akan berlanjut ke tahapan yang lainnya.
Dalam hubungan sesama karyawan ataupun sesama mahasiswa dapat diketahui bahwa hubungan yang ada selalu berawal dari kontak yang pertama kali. Pada awal perkuliahan, mahasiswa akan mengamati teman- teman kampusnya. Pada awal bekerja, karyawan akan mengamati juga rekan kerjanya. Ia akan menggunakan alat indranya untuk mempresepsi seseorang.

b. Keterlibatan
Inilah tahap pengenalan lebih jauh. Dalam tahap ini kita berusaha untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Jika pada kekasih, maka kita melakukan kencan.
Dalam suasana kerja di UMN, orang yang awalnya sudah menyukai diawal kontak, maka bisa melanjutkan ketahap ini. Di tahap ini karyawan ataupun mahasiswa mencoba berkenalan lebih jauh. Misalnya dengan mengobrol pada waktu makan siang. Tahap ini membutuhkan kita dan teman kita untuk sedikit membuka diri sehingga bisa saling mengenal satu sama lainnya.

c. Keakraban
Pada tahap ini,kita mengikatkan diri lebih jauh pada orang ini. Kita mungkin membina hubungan primer. Dimana orang tersebut menjadi seseorang yang penting bagi kita. Komitmen ini bisa terwujud dalam berbagai bentuk: perkawinan, membantu orang tersbut, menceritakan rahasia kita. Tahap ini hanya disediakan untuk sedikit orang saja.
Setelah keterlibatan, tentu ada keakraban. Dimana tiap- tiap individu tadi memilih kelompok mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, dalam mahasiswa ilmu komunikasi sendiri, tentu akan ada beberapa kelompok yang selalu bersama. Didalamnya ada komitmen untuk bisa bersama- sama dan lebih lagi membuka diri.

d. Perusakan
Tahap ini adalah tahap penurunan hubungan. Dimana katan antara kedua pihak mulai melemah. Pada tahap ini kita mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting apa yang kita pikirkan sebelumnya. Hubungan yang ada semakin jauh. Semakin sedikit waktu yang dilalui bersama. Saat bertemu, akan cenderung saling bersiam diri. Saat tahap ini berlanjut, maka tahap terakhir yaitu pemutusan akan ada.
Hal ini bisa diakibatkan karena adanya berbagai konflik dalam hubungan tersebut. Dalam kondisi UMN, konflik bisa terjadi karena pengerjaan tugas, karena tekanan atasan, atau karena alasan pribadi.

e. Pemutusan
Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang ada dalam dua pihak. Jika bentuk ikatan itu adalah perkawinan, maka bentuk pemutusannya adalah perceraian. Namun, untuk kasus komunikasi di UMN, hal yang mungkin terjadi adalah pemutusan tali persahabatan atau tali pertemanan. Jika dalam mahasiswa, maka mahasiswa tersebut tidak akan pernah bergaul dengan mahasiswa tersebut. Namun, jika dalam karyawan, mungkin mereka tidak akan menerima jika harus bekerja sama.

Culture is communication and communication is culture. (Edward T. Hall)
Perespektif Budaya
Budaya menembus semua bentuk komunikasi, penting utk memahami bahwa hal ini dapat mempengaruhi. Memahami bagaimana komunikasi bekerja dan menguasainya ketrampilan komunikasi. Budaya mempengaruhi semua tipe komunikasi (apa yang akan dkatakan, bagaimana mengatakan). Membutuhkan memahami komunikasi yg efektif dlm berbagai macam situasi budaya ( pekerjaan, kehidupan pribadi, sosial). Kesuksesan tergantung pada pemahaman, kemampuan kom effektif dengan budaya berbeda. Budaya membantu membedakan apa yg benar/tdk benar untuk semua orang dan unttuk orang – orang dalam satu budaya. Memahami bahwa tidak semua kebiasaan – kebiasan harus sama dan diterima. Kita juga tidak harus selalu mengikuti kebiasaan dan budaya kita sendiri .

Power dan Budaya
• Konsep yg merefleksikan derajat yg mana sebuah kebudayaan meyakini bagaimana kekuasaan organisasi/institusi didistribusikan kepada anggota budaya secara seimbang, bagaimana pandangan pemegang kekuasaan ttg pengambilan keputusan apakah menentang/menerima
• Menjelaskan konsep hubungan antar manusia yg ditata berdasar jarak kekuasaan
• Dimensi ada dua : High Power Distance & Low Power Distance
• Adat istiadat keluarga, relasi antar mahasiswa dengan dosen, kaum muda – tua, sistem bahasa, praktek organisasi.

High Power Cullture
• Berdasar pada simbol kekuatan
• Kekuasaan dipusatkan pada sedikit orang
• Menghormati wewenang atau kekuasaan
• Wewenang/kekuasaan diinginkan & menguntungkan
• Bersikap tegas dan berhadapan langsung dipandang negatif
Low Power Culture
• Kekuasaan lebih didistribusikan ke seluruh penduduk
• Meragukan kekuasaan, dianggap berbahaya dan perlu diatasi
• Mengurangi simbol kekuatan
• Persamaan hak/egalitarian

Nilai budaya untuk menanggung resiko dan menghadapi keadaan ambigu karena dapat menjadi suatu ancaman terhadap masyarakatnya.

Power
Communication is power. Those who have mastered its effective use can change their own experience of the world and the world’s experience of them. (Anthony Robbins)

Prinsip-prinsip Power
• Beberapa orang lebih memiliki power daripada yang lain
• Power bisa bertambah atau berkurang
• Power mengikuti prinsip kepentingan
• Power memiliki dimensi budaya

Dalam hubungan interpersonal, tentu dipengaruhi oleh budaya apa yang berkembang dalam lingkungan tersebut. Penulis membagi budaya di UMN menjadi:

a. Dari segi context culture
• High context culture
Ini ditandai dengan prosedur pengalihan informasi yang lebih sukar, tidak memisahkan isu orang yang mengkomunikasikan. Mengutamakan relasi sosial dalam melaksanakan tugas. Berorientasi pada sosial dan relasi yang terjadi cenderung personal. Pada mayarakat yang menganut high context culture, mereka tidak menyukai indormasi yang rasional karena lebih mengutamakan emosi.
• Low context culture
Ini ditandai dengan prosedur pengalihan informasi yang lebih gampang. Ada perbedaan yang jelas antara isu dan orang yang mengkomunikasikan isu. Relasi yang ada juga terbangun daru relasi tugas. Relasi yang berkembang tidak bersifat personal. Masyarakat ini lebih menyukai informasi yang rasional.
Dari segi budaya ini, Universitas Multimedia Nusantara lebih cenderung kepada budaya yang high conteks. Hal ini didukung dengan sangat tingginya kepedulian terhadap orang lain, dan siapa yang mengatakan hal itu. Bawahan tidak akan dengan mudah membagikan informasi dikarenakan adanya perbedaan jabatan, ini diatur dalam keorganisasian. Sehingga bawahan akan cenderung merasa tidak enak kepada atasannya dalam mengemukakan pendapat.
Dalam hubungan sesama mahasiswa juga yang digunakan adalah high conteks, karena mahasiswa juga cenderung lebih memntingkan perasaan orang yang diajak bicara dari pada informasi itu sendiri. Hal ini tentu sedikit menyusahkan, karena kita harus lebih memperhatikan sisi sosialnya dari pada sisi tugas yang sebenarnya.
Dalam hubungan dosen- mahasiswa juga terdapat pengaruh budaya ini, sehingga mahasiswa ataupun dosen akan cenderung mengutamakan aspek sosial yang akan terjadi. Misalnya seseorang akan sakit hati jika terjadi hal tersebut. Dalam hubungannya juga banyak terjadi basa- basi dalam memulai sebuah komunikasi.

b. Dari budaya maskulin atau feminim
• Budaya maskulin
Budaya ini mensosialisasikan dirinya untuk ambisius dan competitif. Dalam budaya ini seseorang melawan konflik secara langsung. Hal ini terjadi karena laki- laki dianggap tegas dan kuat serta berorientasi pada kesuksesan material. Dalam konflik, strategi yang digunakan adalah strategi menang kalah. Reward pekerjaan berdasarkan kepada seberapa kontribusi atau prestasi kerja seseorang. Dalam hal ini, orang dinilai berdasarkan tampilan.
• Budaya feminim
Budaya ini menitikberatkan dalam kualitas hidup. Seseorang didorong untuk rendah hati. Jadi intinya adalah menitik beratkan kepada hubungan personal. Kompromi dan perundingan menjadi jalan keluar dalam menghadapi konflik. Reward yang ada berdasarkan kebutuhan. Dalam budaya ini cenderung menghargai sesama dan akan simpati pada orang yang kekurangan.
Dalam hubungan sesama karyawan budaya feminimlah yang digunakan. Ini terbukti dengan kompromi dan perundinganlah yang dititik beratkan dalam hubungan personal. Dalam hubungan karyawan, mereka cenderung menghargai sesama dan simpati kepada orang lain.
Dalam hubungan sesama mahasiswapun yang terjadi adalah budaya feminim. Hal ini diperkuat dengan banyaknya yang menganggap bahwa iklim budaya yang ada di UMN adalah iklim budaya yang kekeluargaan. Jadi masing- masing dari mereka cenderung menghargai satu sama lain dari pada persaingan atau berkompetensi. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang cenderung memikirkan dan bersimpati kepada orang lain dari pada menganggap kegagalan orang lain adalah keuntungan baginya.
Budaya feminis juga terinternalisasi dalam hubungan dosen- mahasiswa dan pimpinan- karyawan. Hal ini terbukti dengan penghargaan satu sama lain dan kerendahan hati satu sama lain dalam pemahaman. Misalnya dosen mencoba berlapang dada melihat mahasiswa yang sedikit menyalahi aturan. Begitu juga dengan pimpinan yang sedikit memberikan toleransi kepada karyawan yang berbuat salah. Hal ini tidak bisa juga dipisahkan dari budaya dari Jawa yang dibawa oleh kelompok Kompas Gramedia, budaya jawa cenderung lebih feminis.

Listening
Orang sukses lebih banyak mendengarkan daripada berbicara…

Proses mendengarkan ada 5: receiving, understanding, remembering, evaluating, responding. Dalam mendengarkan, kita tidak hanya memperhatikan apa yang orang lain katakan, tetapi juga memberikan feedback. Proses mendengarkan bersifat sirkular. Mendengarkan bukan proses mentransfer ide dari pemikiran pembicra ke pendengar, tapi sebuah proses dimana pembicara dan pendengar bekerjasama untuk mencapai persamaan pengertian.

Tujuan Listening
• Learn
• Relate
• Influence
• Play
• Help

Stages of Listening

1. Receiving
Receiving fokus pada isyarat verbal dan nonverbal serta fokus pada pembicara. Mendengarkan dimulai dengan proses menerima pesan apa yang pembicara sampaikan. Hearing merupakan proses awal dari listening. Hearing bersifat mindless, listening bersifat mindful.

2. Understanding
Tingkat dimana kita harus memahami emosi dan pikiran yang diekspresikan pembicara. Kita harus menghindari subjektivitas, lihat pesan dari sudut pandang pembicara. Ajukan pertanyaan untuk meminta penjelasan, kemudian menafsir ide-ide pembicara dengan kata-kata kita sendiri.

3. Remembering
Keefektifan dari proses mendengar itu tergantung dari remembering. Kita memiliki kapasitas memori jangka pendek yang terbatas dan memori jangka panjang yang tak terbatas. Agar informasi yang kita dapat bisa masuk ke dalam memori jangka panjang, kita dapat mengindentifikasi gagasan utamanya, merangkum pesan, dan mengulang konsep yang penting.

4. Evaluating
Evaluasi adalah menilai pesan dengan cara: mencoba untuk mengevaluasi niat pembicara, atau motif yang mendasarinya. Saran dalam mengevaluasi sebuah pesan: menahan evaluasi hingga kita benar-benar mengerti, membedakan fakta dari opini, serta kenali prasangka.

5. Responding
Responding terjadi dalam 2 fase: tanggapan ketika pembicara sedang berbicara, dan ketika pembicara selesai berbicara. Responnya berupa feedback. Dukung pembicara dengan memberikan isyarat, bertanggung jawab dengan apa yang kita katakan, dan mencegah tanggapan dengan perasaan lain (subjektif).
Listening Power
• Listen Actively
• Respond Visibly but in Moderation
• Maintain Focused Eye Contact
• Resist Adaptors
• Maintain Open Posture
• Avoid Interrupting
• Engage in Visual Dominance Behavior

Verbal Messages
“It is not only true that the language we speak puts words in our mouths, it also puts notions in our heads.”

Nonverbal Messages
What we learn only through the ears makes less impression upon our minds than what is presented to the trustworthy eye.
Fungsi Komunikasi Nonverbal
• Impression Management
• Forming and Defining Relationships
• Structuring Conversation and Social Interaction
• Influence
• Emotional Expression

Types of Nonverbal
• Body Communication
• Facial Communication
• Eye Communication
• Touch Communication
• Paralanguage
Nonverbal Power
• Respond in Kind to Eye Flashes
• Avoid Adaptors
• Use Consistent Packaging
• Select Easily Accessible Chair
• Exert Firmer than Usual Handshake
• Walk Slowly and Deliberately
• Dress Relatively Conservatively
• Use Appropriate Facial Expressions and Gestures
• Maintain Eye Contact
• Avoid Vocalized Pauses
• Maintain Reasonably Close Distances

Teori Pengembangan Hubungan

• Attraction Theory
Orang Membangun hubungan karena adanya ketertarikan.
Kita pasti menjalin relasi dengan orang-orang yang visi dan misinya sama.
Harus ada kesamaan, kedekatan, faktor fisik, personality, SES, dan pendidikan.
Yang membuat orang tertarik: faktor fisik, kepribadian, proximity.
Matching Hypothesis: orang bergaul dan membina hubungan dengan orang-orang yang sangat mirip dengan mereka dalam hal daya tarik fisik.
Complementary: orang-orang tertarik membina hubungan dengan orang yang tak serupa.

• Social Exchange Theory
Membangun hubungan untuk mendapatkan keuntungan.
Melihat teori ini pada konteks ekonomi.
Memelihara hubungan ini jika reward labih besar dari cost.
Profits = Rewards – costs

• Comparison Level
Equity Theory
Orang berusaha menciptakan atau mempertahankan kondisi keadilan.
Bila mengalami kondisi ketidak adilan, timbul ketegangan yang memotivasi orang untuk mengurangi atau menghilangkan ketidakadilan.
Makin besar persepsi terhadap ketidakadilan, makin besar motivasi untuk bertindak mengurangi ketegangan tadi.
• Social Penetration Theory
Analogi Bawang
Tahap penetrasi social:

Orientasi: membuka sedikit tentang diri kita kepada orang lain.
Pertukaran penjajakan efektif: munculnya kepribadian seseorang.
Pertukaran afektif: komunikasi yang spontan, penggunaan idiom pribadi.
Pertukaran stabil: komunikasi yang efisien, dibangun sistem komunikasi interpersonal.

Love Types
• Eros – Beauty and Sexuality
• Ludus – Entertainment and Excitement
• Storge – Peaceful and Slow
• Pragma – Practical and Traditional
• Mania – Elation and Depression
• Agape – Compassionate and Selfless

Dalam menjalankan hubungan pacaran, saya lebih menekankan pada equity theory karena pada dasarnya menjalin cinta didasari pada ketulusan. Sehingga, perasaan yang diberikan oleh kedua belah pihak adalah murni, tanpa adanya pamrih seperti pada social exchange theory. Contohnya, saat saya sedang jalan dengan pacar saya, tidak ada perhitungan untuk soal bayar-membayar ongkos atau biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang kita lakuakn bersama. Begitu juga soal perasaan dan kasih saying, kami pun sama-sama saling memberi, mendukung untuk semangat, dan menjaga kepercayaan satu sama lain.
Cinta yang saya miliki adalah tipe Storge. Karena saya adalah orang yang “plegmatis,” yang saya butuhkan dalam sebuah hubungan adalah kedamaian dan kestabilan. Jadi saya sangat-sangat menghargai adanya saling percaya dan setia.
Daftar Pustaka

http://communicareinstitute.blogspot.com/2009/01/komunikasi-antarpribadi.html

http://communicareinstitute.blogspot.com/search/label/Kliping%20Komunikasi

http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/pengertian-komunikasi-antar-pribadi-kap-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kap/

http://www.lusa.web.id/komunikasi-antar-pribadi-interpersonal-communication/

http://www.tomita.web.id/download/terjemahan.pdf

http://kuliah.dagdigdug.com/2008/06/14/memahami-hubungan-antarpribadi/

http://students.ukdw.ac.id/~22033132/komputer%20masyarakat/pengertian.html

http://students.ukdw.ac.id/~22033132/komputer%20masyarakat/contoh.html

http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/317-manajemen-konflik-sebagai-upaya-meningkatkan-kinerja.html

http://oktifauzi.multiply.com/reviews/item/2

http://apadefinisinya.blogspot.com/2007/12/komunikasi.html

Bungin, Burham. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Rosda:2005.
Handout Interpersonal Communication
Handout Psikologi Komunikasi
Handout Komunikasi Antar Budaya
Handout Komunikasi Organisasi

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com